Thursday, April 11, 2013

Thriving on Chaos (Meraih Sukses Disaat Krisis): Buku Panduan untuk Sebuah Revolusi




      :Thriving on Chaos (Meraih Sukses Disaat Krisis): Buku Panduan untuk Sebuah Revolusi Manajemen
     : 978-979-078-323-2
     : x, 654p.: il.; 23cm.
   : Indonesia
Pengarang :Tom Peters

Mereka yang serius belajar dari krisis, akan menyikapi krisis secara pro aktif dan melihatnya sebagai sumber keuntungan bukan sebagai persoalan yang harus diharus dihadapi dengan dahi mengernyit. Artinya, meraih sukses di tengah krisis berarti mengatasi dan menghadapi krisis sehingga mampu melewatinya atau bahkan mencatatkan keberhasilan walau dalam perjalanannya kemudian banyak aral yang pastinya akan menghadang. Terdengar begitu reaktif memang, tetapi memang semangat itulah yang harus didorong untuk tampil sebagai pemenang.

Setidaknya demikian, ruh yang disuarakan oleh Tom Peters dalam buku besutannya bertajuk Thriving on Chaos ini. Ketidakseimbangan perdagangan yang besar, nilai mata uang yang merosot tajam, upah rill yang menurun tajam, dan produktivitas suram yang menimpa negeri adidaya dunia, Amerika Serikat melecutnya untuk membuat kajian  mendalam dan memberikan jalan keluar dari pusaran krisis yang hadir.

Industri negeri Paman Sam dalam buku ini digambarkan seperti turbin yang terus bekerja dengan hembusan angin kuat dan derasnya air. Sejak menahbiskan diri sebagai negeri harapan baru bagi semua orang pada 1776, Amerika berkembang dan tumbuh dengan budaya untuk menjadi pemenang yang terukir dalam doktrin selalu menjadi besar, kuat, dan terus bergerak.

Percaya Diri Boleh, Asal....
Bukan basa-basi, negeri ini selalu tampil terdepan dalam kancah global. Mereka membangun pabrik baja terbesar, kilang minyak terbesar, pabrik kimia terbesar hingga menahbiskan diri sebagai raksasa dari para jajaran perakit otomotif terbesar di dunia. Amerika sukses membuat produk-produk dengan harga bersaing dan menjelma sebagai negera benchmarking industri yang mengedepankan model bisnis, produktivitas, dan efisiensi.

Namun hal itu tidak lantas membuat Tom berbangga. Sebaliknya, ia melihatnya sebagai fatamorgana. Tidak lebih dari bayang-bayang air yang tidak lantas membuat dahaga menjadi terobati. Amerika, ungkap Tom, melakukan blunder besar karena terlalu fokus pada konsentrasi ekonomi skala besar, volume tinggi, dan produksi massal saja, tetapi lupa mengejar revitalisasi kualitas. Celakanya hal itu tanpa disadari telah berlangsung sejak era pertanian booming di sana.

Berbeda halnya dengan negara-negara Eropa dan Jepang. Mereka sangat menekankan pada kualitas. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengoptimalkan tenaga kerja yang terampil (non-spesialisasi), serta pemanfaatan tenaga kerja sebagai cara utama menambah nilai pada produk. Padahal, kualitas dan fleksibilitas, prediksi Tom dalam buku ini, justru akan menjadi penanda ekonomi yang berhasil di masa depan.

Inti utamanya adalah pada tataran ekonomi global yang baru seperti terjadi saat ini. Hampir semua orang memiliki akses pada ide besar, mesin, dan uang untuk mengubah suatu produk lebih di atas standar. Pertanyaan yang harus dijawab kemudian adalah apakah memilih jalan di tempat dengan mengikuti arus besar ekonomi global yang ada? Ataukah larut dalam kompetisi atas dasar seberapa cepat dan seberapa baik suatu individu atau negara bisa mengubah idenya menjadi produk yang lebih baik (revolusi)?

It’s Time to Change
Revolusi mungkin adalah kata yang paling sulit diterima bagi kalangan pebisnis karen mereka memang memiliki alasan yang kuat untuk itu. Namun demikian, kondisi kompetitif global saat ini begitu mengerikan. Era dimana pengurangan pegawai hingga 10% dan peningkatan kualitas sebesar 20% acap dilakukan oleh pebisnis, saat ini sudah menjadi masa lalu.

Tantangan saat ini adalah bukan lagi mendorong satu orang cerdas untuk terlibat, tetapi mengajak semua orang terlibat dalam semua hal, banyak melati, dan memperkenalkan rencana besar distribusi keuntungan. Kesemua itu dirangkum dalam buku panduan bagi revolusi manajemen, Thriving on Chaos, karya Tom Peters.

Buku ini menghimpun dan mengupas tentang revolusi manajemen yang menantang segala yang kita tahu tentang cara mengelola sekaligus menantang tradisi Amerika Serikat yang telah berumur lebih dari seratus tahun. Relevansinya dengan era ini adalah tuntutan agar fleksibilitas dan kesenangan akan perubahan menggantikan kecintaan lama pada sistem produksi dan pasar massal, yang seluruhnya didasarkan pada suatu lingkungan yang relatif mudah ditebak.

Berbekal pendalaman studi dan materi seminar eksekutif berdurasi 5 hari, Implementing in Search of Excellence serta inspirasi luar biasa dari buku A Passion for Excellence dan Search and Passion, Tom lalu tergerak untuk menggali lebih dalam penerapan prinsip-prinsip sukses dan keistimewaan manajemen melalui manifesto reformasi organisasi radikal, yaitu buku revolusi manajemen, Thriving on  Chaos ini.

Resep Ampuh Bagi Dunia yang Terbalik
Dalam pemikirannya yang tertuang dalam buku ini, Tom menjelaskan dengan gamblang lima area manajemen yang menjadi inti performa dunia bisnis global, yaitu: (1) sebuah obsesi dengan daya responsif pada pelanggan, (2) inovasi konstan di semua area perusahaan, (3) kemitraan menyeluruh dan pembagian pendapatan dengan semua orang yang terhubung dengan organisasi, (4) kepemimpinan yang mencintai perubahan dan mau berbagi serta mengajarkan visi yang menginspirasi, (5) kendali melalui sistem dukungan sederhana yang ditujukan untuk mengukur “hal yang benar” bagi lingkungan saat ini.

Pada masing-masing sektor, kecuali poin terakhir (dalam 5 resep itu), ia menyajikan sepuluh resep ampuh. Keempat puluh lima resep itu, tanpa kecuali merupakan seruan mendesak bagi dilakukannya reformasi radikal. Misal, dalam kaitannya dengan pemangku kepentingan (stakeholder). Ia dengan bijak memberikan resep bagi para bankir, peritel, dan para pejabat keuangan untuk menciptakan “pasar khusus” bagi para “pelanggan” yang menuntut peralihan radikal seluruh portofolio perusahaan menuju produk yang sangat terdiferensiasi. Kejelian, kecermatan, dan integritas serupa juga tampak pada resep-resep manajemen lainnya.

Namun, layaknya pepatah, tiada gading yang tak retak. Tidak ada hal yang sempurna dalam kehidupan fana. Anda mungkin akan menemukan kesulitan  untuk melakukan semua resep-resep yang ada secara bersamaan. Apalagi, pada saat yang bersamaan, ternyata para kompetitor di luar sana telah lebih cepat mengembangkan ide-ide liarnya. Namun jangan kecil hati, penilaian dan pemikiran Anda mengenai situasi kompetitif akan lebih berperan sebagai pemandu titik awal. Dan tentu saja, berbagai bagian organisasi bisa bekerja dengan intensitas yang berbeda pada ide-ide yang juga berbeda.
batik.imtelkom.ac.id

0 comments:

Post a Comment